Sambil
berkalung sarung, mirip manusia gunung… seorang lelaki gendut “Pak Tambun”
mereka menyebutnya,, dia pelanggan setia warung kopi elKahfie ’87… entah syetan
apa yang merasukinya, malam itu dia nerocos seperti pendekar mabuk..
“saudara-saudara
sekalian… saya benar-benar heran dengan kalian, katanya kalian mencari, memburu
dan mengejar rahmat Allah… tapi kenapa kalian justru lari dari rahmat Allah..??
hmm.. saya tak habis pikir, kalian ini maunya apa..??” celoteh Pak Tambun.
“apa..??”
Seisi warung
kaget, mendengar ocehan ‘pendekar mabuk’ ini, termasuk Radyan, Indra dan Neng
Tyas yang juga kaget.
“masa’ kita
dibilang lari dari rahmat Allah… yang benar saja Pak..” kata Indra yang merasa
tidak terima dengan ungkapan Pak Tambun.
“kalian mau
bukti..??” Tanya Pak Tambun
“iya, tentu saja,,, mana buktinya kalau kami lari dari rahmat Alloh..??” kata Radyan
“tenang… jangan emosi dulu mas..” kata Pak Tambun. “buktinya adalah kemarin lusa, waktu hari Ibu, saat Ibu-ibu demo di depan warung ini,,, aku melihat kalian lari terbirit-birit, seperti di kejar-kejar anjing..” lanjut Pak Tambun sembari tertawa penuh ejekan… “hahaa…”
Seisi warung
geleng-geleng kepala sambil terpingkal-pingkal…
“yeach.. itu kan hujan Pak,, daripada kita kehujanan… lebih baik lari Pak..” kata Neng Tyas
“hujan itu Rahmat Allah, kenapa anda harus lari dari Rahmat Allah…” kata Pak Tambun
“manusia
memang serba terbolak-balik” lanjut Pak Tambun, “hujan koq ditakuti, katanya
nanti banjir,,, banjir ditakuti katanya nanti timbul demam berdarah,,, semua
nyamuk yang punya virus demam berdarah maupun yang tidak berdosa, dibunuh
semuanya… memang manusia itu benar-benar egois.”
Kali ini
seisi warung dibuat bengong, larut dalam renungan dan lamunan ucapan ‘Pendekar
mabuk’ ini..
Tiba-tiba
malam itu hujan turun dengan derasnya…. Suasana semakin dingin, kepulan asap
rokok dan kopi panas seakan melawan dinginnya malam itu..
“nah… benar
kan, malaikat merespon ucapan saya.. hujan..!!” kata Pak Tambun.. lagi-lagi
diiringi dengan tawa hahaa..
“kalau
begitu sampeyan hujan-hujanan saja Pak.., katanya mau mengejar Rahmat
Alloh..?!” teriak seorang yang duduk di pojok warung, yang kemudian diikuti
penghuni warung malam itu…
“engga’ ach…
dingin..” kata Pak Tambun
“Lho,, koq
malah tidak ada semangatnya… ayo hujan-hujanan sana..“ kata kawannya sambil
mendorong-dorong Pak Tambun
Mas Tirto
yang daritadi hanya diam dan senyum-senyum,, kini dia berdiri dan berjalan
menuju jendela warung, menatap hujan dari balik jendela…
“hujan
itu seperti deru yang indah, kadang mengharmonikan,, kadang juga menakutkan…” kata
Mas Tirto,
"wah,, jadi teringat masa kecil saat menyanyikan lagu: tik.. tik.. tik.. bunyi hujan di atas genting..." sahut Neng Tyas.
Mas Tirto melanjutkan... "jika hujan, angin, badai dan banjir merupakan bagian dari sekolahan alam... maka..."
"sebentar Mas..." potong Radyan "malam-malam begini mana ada sekolahan buka..??, dah tutup semua Mas..!"
"wah,, jadi teringat masa kecil saat menyanyikan lagu: tik.. tik.. tik.. bunyi hujan di atas genting..." sahut Neng Tyas.
Mas Tirto melanjutkan... "jika hujan, angin, badai dan banjir merupakan bagian dari sekolahan alam... maka..."
"sebentar Mas..." potong Radyan "malam-malam begini mana ada sekolahan buka..??, dah tutup semua Mas..!"
kemudian Mas Tirto membaca ayat Al-qur'an,, lantas mengartikan maknanya "Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." 2 : 22
"jadi hujan adalah Rahmat Allah,, Dia menurunkan Rahmat-Nya bersama dengan air yang turun, dan Allah menurunkan air hujan itu sesuai dengan kadarnya.. dapat kita bayangkan.. sekiranya turunnya air hujan itu seperti air bah yang jatuh dari langit,, pasti kehidupan di dunia ini akan rusak... dari hujan itu tumbuhlah buah-buahan sebagai rizky bagi kita dan memberikan rumput-rumputnya kepada binatang ternak... hal ini menunjukkan Rahmat-Nya kepada semua makhluk-Nya..."
"tapi... kalau dari hujan itu.. atau setelah kita kehujanan, koq kemudian sakit flu/ demam bagaimana...??" tanya Indra
"itu rizky buat para dokter Ndra..." sahut Neng Tyas.
"kalau sampai mati...??"
"kalau sampai mati,, rizky untuk tukang gali kubur..." celetuk Pak Tambun
:) hehee...
"jika kita bersyukur kepada Allah..." lanjut Mas Tirto... "apapun bencana yang di timbulkan oleh hujan, pasti menjadikan kita semakin dekat dengan Allah, maka hujan itu adalah Rahmat. tetapi jika hujan ini menimbulkan keluhan, makian... padahal belom juga kehujanan sudah memaki-maki hujan... katanya hari hujan,, kerjaan jadi tertunda, tidak bisa kemana-mana, jalan-jalan juga gagal... apalagi kalau hujan di malam minggu,, tidak bisa ngapelin pacar dunk...!! :) hehee... maka hal semacam ini adalah musibah... Namun dalam musibah itu ada rahmat Allah... Allah membungkus Rahmat-Nya dalam musibah, agar kita berdzikir dan semakin mendekat kepada-Nya, bukankah Rasulullah Saw, telah mengingatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Hakim: “Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim)
maka... darpiada kita tenggelam dalam rasa jengkel akibat hujan, lebih baik kita manfaatkan waktu hujan itu untuk berdo'a memohon kepada Allah SWT.."
lalu hujan reda... bersamaan dengan redanya hujan,,, Mas Tirto mengakhiri bicaranya dengan mengangkat kedua tangannya,, memuji syukur kepada Allah SWT, dan kemudian berdo'a...