Senin, 26 Desember 2011

HUJAN

Sambil berkalung sarung, mirip manusia gunung… seorang lelaki gendut “Pak Tambun” mereka menyebutnya,, dia pelanggan setia warung kopi elKahfie ’87… entah syetan apa yang merasukinya, malam itu dia nerocos seperti pendekar mabuk..
 
“saudara-saudara sekalian… saya benar-benar heran dengan kalian, katanya kalian mencari, memburu dan mengejar rahmat Allah… tapi kenapa kalian justru lari dari rahmat Allah..?? hmm.. saya tak habis pikir, kalian ini maunya apa..??” celoteh Pak Tambun.

“apa..??”
Seisi warung kaget, mendengar ocehan ‘pendekar mabuk’ ini, termasuk Radyan, Indra dan Neng Tyas yang juga kaget.
“masa’ kita dibilang lari dari rahmat Allah… yang benar saja Pak..” kata Indra yang merasa tidak terima dengan ungkapan Pak Tambun.

“kalian mau bukti..??” Tanya Pak Tambun


“iya, tentu saja,,, mana buktinya kalau kami lari dari rahmat Alloh..??” kata Radyan


“tenang… jangan emosi dulu mas..” kata Pak Tambun. “buktinya adalah kemarin lusa, waktu hari Ibu, saat Ibu-ibu demo di depan warung ini,,, aku melihat kalian lari terbirit-birit, seperti di kejar-kejar anjing..” lanjut Pak Tambun sembari tertawa penuh ejekan… “hahaa…”

Seisi warung geleng-geleng kepala sambil terpingkal-pingkal…


“yeach.. itu kan hujan Pak,, daripada kita kehujanan… lebih baik lari Pak..” kata Neng Tyas

“hujan itu Rahmat Allah, kenapa anda harus lari dari Rahmat Allah…” kata Pak Tambun
“manusia memang serba terbolak-balik” lanjut Pak Tambun, “hujan koq ditakuti, katanya nanti banjir,,, banjir ditakuti katanya nanti timbul demam berdarah,,, semua nyamuk yang punya virus demam berdarah maupun yang tidak berdosa, dibunuh semuanya… memang manusia itu benar-benar egois.”
Kali ini seisi warung dibuat bengong, larut dalam renungan dan lamunan ucapan ‘Pendekar mabuk’ ini..

Tiba-tiba malam itu hujan turun dengan derasnya…. Suasana semakin dingin, kepulan asap rokok dan kopi panas seakan melawan dinginnya malam itu..

“nah… benar kan, malaikat merespon ucapan saya.. hujan..!!” kata Pak Tambun.. lagi-lagi diiringi dengan tawa hahaa..

“kalau begitu sampeyan hujan-hujanan saja Pak.., katanya mau mengejar Rahmat Alloh..?!” teriak seorang yang duduk di pojok warung, yang kemudian diikuti penghuni warung malam itu…
engga’ ach… dingin..” kata Pak Tambun
“Lho,, koq malah tidak ada semangatnya… ayo hujan-hujanan sana..“ kata kawannya sambil mendorong-dorong Pak Tambun

Mas Tirto yang daritadi hanya diam dan senyum-senyum,, kini dia berdiri dan berjalan menuju jendela warung, menatap hujan dari balik jendela…
“hujan itu seperti deru yang indah, kadang mengharmonikan,, kadang juga menakutkan…” kata Mas Tirto,


"wah,, jadi teringat masa kecil saat menyanyikan lagu: tik.. tik.. tik.. bunyi hujan di atas genting..." sahut Neng Tyas.


Mas Tirto melanjutkan... "jika hujan, angin, badai dan banjir merupakan bagian dari sekolahan alam... maka..."


"sebentar Mas..." potong Radyan "malam-malam begini mana ada sekolahan buka..??, dah tutup semua Mas..!"

"ohya...kalau begitu,, kampus alam saja dah,,, kan ada kuliah malam.." kata Mas Tirto sembari tersenyum.. :)
kemudian Mas Tirto membaca ayat Al-qur'an,, lantas mengartikan maknanya "Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." 2 : 22
"jadi hujan adalah Rahmat Allah,, Dia menurunkan Rahmat-Nya bersama dengan air yang turun, dan Allah menurunkan air hujan itu sesuai dengan kadarnya.. dapat kita bayangkan.. sekiranya turunnya air hujan itu seperti air bah yang jatuh dari langit,, pasti kehidupan di dunia ini akan rusak... dari hujan itu tumbuhlah buah-buahan sebagai rizky bagi kita dan memberikan rumput-rumputnya kepada binatang ternak... hal ini menunjukkan Rahmat-Nya kepada semua makhluk-Nya..."


"tapi... kalau dari hujan itu.. atau setelah kita kehujanan, koq kemudian sakit flu/ demam bagaimana...??" tanya Indra


"itu rizky buat para dokter Ndra..." sahut Neng Tyas.


"kalau sampai mati...??"


"kalau sampai mati,, rizky untuk tukang gali kubur..." celetuk Pak Tambun
:) hehee...


"jika kita bersyukur kepada Allah..." lanjut Mas Tirto... "apapun bencana yang di timbulkan oleh hujan, pasti menjadikan kita semakin dekat dengan Allah, maka hujan itu adalah Rahmat. tetapi jika hujan ini menimbulkan keluhan, makian...  padahal belom juga kehujanan sudah memaki-maki hujan... katanya hari hujan,, kerjaan jadi tertunda, tidak bisa kemana-mana, jalan-jalan juga gagal... apalagi kalau hujan di malam minggu,, tidak bisa ngapelin pacar dunk...!! :) hehee... maka hal semacam ini adalah musibah... Namun dalam musibah itu ada rahmat Allah... Allah membungkus Rahmat-Nya dalam musibah, agar kita berdzikir dan semakin mendekat kepada-Nya, bukankah Rasulullah Saw, telah mengingatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Hakim: Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim) 
maka... darpiada kita tenggelam dalam rasa jengkel akibat hujan, lebih baik kita manfaatkan waktu hujan itu untuk berdo'a memohon kepada Allah SWT.."


lalu hujan reda... bersamaan dengan redanya hujan,,, Mas Tirto mengakhiri bicaranya dengan mengangkat kedua tangannya,, memuji syukur kepada Allah SWT, dan kemudian berdo'a...

Kamis, 22 Desember 2011

Lisan Ibu-ibu


Hari masih terlalu pagi...
tapi,, di halaman, depan warung kopi elKahfie '87 tampak ramai sekali, seperti pasar,,, rombongan ibu-ibu berkumpul dan berteriak-teriak,, dari ibu-ibu yang muda hingga nenek-nenek juga ada.. mereka membawa spanduk, poster dan kalender... aneka macam rasa uneg-uneg yang selama ini mendongkol di hati, mereka tumpahkan diatas spanduk dan poster dalam bentuk kata-kata sederhana...

"lucu-lucu nich ibu-ibu...." kata Indra,
Indra dan Radyan memang sejak subuh tadi sudah berada di warung, "lihat Yan ibu yang di pojok itu,, yang membawa poster bertuliskan: Naikkan belanja bulanan"
"jatah uang belanjanya barangkali kurang Ndra..."
"lihat yang di belakang itu Ndra..., posternya nenek tuh.. : Bang Thoyib pulang dunk..!!"
:) hehee... "ngapain nenek-nenek ikutan juga"
"nenek juga ibu kan Yan..." timpal Indra

diantara ibu-ibu itu muncul seorang sosok yang tidak asing bagi Radyan dan Indra..,
dia Neng Tyas,,
Neng Tyas berorasi di depan ibu-ibu,,.. tapi, ibu-ibu bukannya mendengarkan dan ikut memberi semangat,, malah ngrumpi sendiri-sendiri,, (maklumlah,, ibu-ibu "tiada hari tanpa ngrumpi..") ada yang ngomongin arisan, ada yang ngomongin sinetron, gosip-gosip,, dan berbagai macam obrolan... pokoknya banyak dah..
tak terasa hari sudah mulai siang,, Neng Tyas pun mengakhiri orasinya..

: pucuk di cita ulam pun tiba....
Mas Tirto tau saja, kalau ibu-ibu sedang haus,,

Mas Tirto keluar membawakan minuman dan hidangan ala kadarnya untuk ibu-ibu... "silahkan bu..!!."

melihat Mas Tirto di luar bersama ibu-ibu,, Radyan dan Indra pun lari keluar menghampiri mereka..
tanpa basa-basi, Indra bertanya langsung pada Neng Tyas: "acara apa nich Neng..??"
"dalam rangka apa..??" sahut Radyan.
"emang kalian tidak tau ya..??" Neng Tyas balik tanya: "ini hari apa..??"
"hari kamis.." jawab Indra
"yakin hari kamis..??" kata Neng Tyas "coba tanyakan nenek yang membawa kalender itu...!!"
Radyan pun menghampiri nenek yang membawa kalender dan bertanya: "permisi Nek, mau numpang tanya... sekarang hari apa ya nek..??"
"ayeuna teh dinteun sepuh urang, utamina ibu da ari enin mah ngiringan weh, supados henteu colongok teuing di rorompok" jawab si nenek.
"owh.. hatur nuwun nek.." kata Radyan sambil manggut-manggut dan berlalu..
"bagaimana Yan..?? sudah tau kan sekarang hari apa..??" tanya Neng Tyas
"hmm... belom, si nenek ngomong pake bahasa sunda, saya kan tidak paham bahasa sunda..." jawab Radyan
"sekarang itu hari ibu Yan... kami (ibu-ibu) disini, tidak lain hanya untuk menyampaikan aspirasi kami, uneg-uneg kami dan menumpahkan perasaan kami.." kata Neng Tyas
"owh.. begitu,," kata Indra, sambil manggut-mangut, seakan baru tahu.
"tapi, kalau masalahnya ada didalam rumah/ keluarga, kenapa turun ke jalan..? kenapa diselesaikan di jalanan...? koq tidak dirumah saja..??" tanya Indra.
"namanya orang kan macam-macam Ndra,, ada yang pendiam, ada yang terbuka (blak-blakan), ada yang biasa saja..." jawab Neng Tyas.. "kami mewakili aspirasi ibu-ibu yang pendiam-pendiam itu, yang tidak berani bicara di depan suaminya... daripada ndongkol dihati, kan lebih baik disampaikan... berharap para suami tahu diri... gitu.."
"truss.. kalau kalender itu untuk apa..?? perasaan tanggal 22 bukan tanggal merah, tapi yang dibawa tu koq warnanya merah...??" tanya Radyan
"kalau yang itu.. kami berharap 22 tanggal merah,, hari libur para ibu..." jawab Neng Tyas sembari tersenyum :)

"belom pada mau bubar nich ibu-ibu.." kata Mas Tirto memecah keriuhan pagi menjelang siang itu
"belooooooooooommmm..." jawab ibu-ibu kompak.

"Sampeyan-sampeyan sudah tahu kan bu... sorga itu berada di bawah telapak kakinya sampeyan-sampeyan para ibu... coba dilihat, sorganya ada kan...??" kata Mas Tirto
seketika itu mereka menundukkan kepalanya... mencari sorga yang yang katanya berada di bawah telapak kakinya...
"sorga itu indah ya..." celetuk seorang ibu yang masih muda "seperti kakiku..." sambil tersenyum tersipu.
ibu yang di pojok pun tak mau kalah.. "hmm... ternyata sorga itu seperti bangunan tua, retak-retak seperti mau roboh..."
karena ucapannya yang dirasa aneh ini,, beliau pun menjadi sorotan beberapa pasang mata ibu-ibu yang berada di samping kanan kirinya... tak ketinggalan Indra dan Radyan pun menjadi penasaran, kemudian mendekati si ibu.
setelah dilihat dan diperhatikan dengan seksama, "kalau itu sich bukan sorganya yang hendak roboh bu..., itu kakinya ibu yang pecah-pecah.." kata Indra,
mereka pun tertawa... eh, si nenek ikut tertawa juga... giginya tinggal dua... :) hehee...
"maksud saya bukan itu bu.." sambung Mas Tirto.
"kenapa sorga itu berada di bawah kaki ibu..?? bukan di atas kepala/ yang lainnya..??" tanya Indra
"supaya seperti ibu-ibu tadi, saat mencari sorga... supaya menundukkan pandangan, tidak lirik sana, lirik sini... supaya tunduk terhadap suami.. tawadhu'/ rendah hati... agar tercipta kebahagiaan yang hakiki dalam keluarga, sehingga melahirkan "BAITI JANNATI" (rumahku adalah sorgaku).
dalam alqur'an, Allah SWT berfirman: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (Ar Ruum: 21)
dalam ayat ini ada kata: mawaddah wa rahmah... dalam rumah tangga, semestinya ada mawaddah dan rahmah, mawaddah berarti rasa cinta/ kasih suami pada istri, dan juga sebaliknya,, rasa cinta/ kasih istri pada suami.. pada umumnya rasa cinta/ kasih itu muncul disaat situasi dan kondisi baik, ketika istri masih muda, parasnya masih cantik, kulitnya masih kenceng, senyumnya juga masih manis,,, alhasil suami cintanya suami setinggi himalaya.. katanya... :) hehee...
tetapi,, jika istri sudah tidak menarik, kulitnya sudah keriput, senyumnya pun terlalu lebar... karena sudah tak ber-gigi, di tambah lagi kelakuan istri yang membuat suami sakit hati,, biasanya rasa cinta itu mulai terkikis bahkan bisa habis dan hilang tak berbekas...
bukankah banyak rumah tangga yang ruwet, berantakan,, dan tidak jarang banyak yang berakhir/ bubar, gara-gara masing-masing pihak, suami/ istri merasa paling benar dengan pendapatnya.. meskipun tidak sampai bubar, tapi kalau suasananya selalu ribut,... mana tahan...
kadang hanya karena sambal yang keasinan aja bisa menjadi perdebatan panjang...
oleh sebab itu dalam rumah tangga juga diperlukan rahmah, rasa sayang,, bagaimanapun kondisi suami, istri tetap sayang, sebaliknya.. bagaimanapun kondisi istri, suami tetap sayang,, alangkah bahagianya suami, jika mempunyai istri yang penuh rahmah, meskipun usaha suami bangkrut, istri tetap sayang.. di hibur dan di do'akan.. bukan malah di maki-maki... dasar suami tidak becus masa' nyari untung aja ga' bisa,,
bukan demikian...!! sebaiknya kan,,, "kita memang sedang di uji bang,, Alloh masih menyimpan rizky kita,, mudah-mudahan besok atau lusa abang dapat untung yang lebih banyak ya bang... sabar ya bang..."
Rasulullah Saw, jauh-jauh hari telah berpesan: "Salamatul insaan fii hifdzil lisan" (Selamatnya manusia tergantung dari upayanya menjaga lisan) kalau lisan/ lidah tidak di kendalikan maka akan muncul kata-kata yang kasar dan menyakitkan, apalagi jika suasana hati sedang panas membara,, mulut yang tidak biasa dijaga akan semakin menjadi-jadi.."
tiba-tiba.. ocehan Mas Tirto dihentikan turunnya hujan. ibu-ibu pun kabur dengan sendirinya.. mengingat jemurannya tadi pagi.
Mas Tirto, Indra, Radyan dan Neng Tyas pun berlari menuju warung kopi elKahfie '87

Selasa, 22 November 2011

Belajar di Warkop

Sore itu… jalan menuju desa terlihat sunyi, dan berkabut.... tersibaklah kesunyian itu oleh seorang anak kecil yang berjalan sambil menjinjing sarungnya, karena takut ujung sarungnya terkena genangan air hujan, dilihatnya sebuah gubug di tepi jalan, ia pun menghampirinya sambil membawa sandal jepit yang lepas talinya… kemudian ia mencari tempat duduk untuk melepaskan penat yang menyerang dirinya, sambil menjulurkan kepalanya, matanya pun menerawang jauh,,,, ia bergumam: “achh.. rumah Pak Ustadz masih jauh, mungkin sampai disana nanti aku terlambat…” kelihatannya ia pun mulai diserang rasa keragu-raguan untuk melanjutkan perjalanannya, entah karena rumah Pak Ustadz yang masih jauh, atau karena sandal yang mengganggu perjalanannya,, belum lagi syetan yang dengan kesabarannya masih setia membisikkan keraguan dalam hatinya…

Disaat kebimbangan mengganggu pikirannya, matanya tertuju pada sebuah warung di seberang jalan… terlihat dari kejauhan, seseorang melambaikan tangan, seakan memanggilnya dan menyuruhnya mendekat,,, ditengoknya ke kanan dan ke kiri untuk memastikan, tak ada orang lain... kemudian dia berdiri dan beranjak menghampiri pemilik tangan yang melambai itu…
“Berteduh disini saja dik…!!” Kata Neng Tyas, dia mengangguk asal mengangguk.
Kemudian Neng Tyas mempersilahkan dia duduk di antara Radyan dan Indra.
“Adik darimana,, hendak kemana??” Tanya Radyan.
“saya dari desa sebelah… awalnya  tadi saya hendak mengaji menimba ilmu agama di Ustadz Hasan, tapi… hmm….”
“Minum teh hangat ini dulu,, kemudian dilanjutin ngobrolnya…” kata Mas Tirto, sambil membawa teh hangat dan sepiring makanan kecil untuk mereka.. kemudian mempersilahkan.. “silahkan di minum…!! mumpung masih hangat...”
“Nahh.. ini yang di tunggu-tunggu daritadi…” kata Indra, "silahkan dicicipi dik... ini namanya Rondo Royal,,, Tape Goreng kebanggaan warung ini…. cobain deh.. enak koq..!!”
Setelah nyruput teh hangat buatan Mas Tirto,, dia melanjutkan ceritanya.. “tapi,, rumah Pak Ustadz masih jauh,, daritadi hujannya juga tidak berhenti-berhenti…, hujan-hujan gini saya pinginnya dirumah saja.. bermain-main bersama teman atau tidur kan enak.... toh saya sudah bisa membaca alqur’an....”
“jangan begitu dik…” kata Neng Tyas sembari tersenyum manis.
“ada sebuah cerita begini..” Neng Tyas mengawali ceritanya… “suatu hari, Timur Lenk menghadiahkan Nasrudin seekor keledai, tetapi Timur Lenk berkata: “ajari keledai itu membaca, dalam dua hari datanglah kembali kemari, aku ingin melihat hasilnya..”
Nasrudin berlalu,,, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara… Timur Lenk menunjuk sebuah buku besar, Nasrudin pun menggiring keledainya ke buku itu dan membuka sampulnya, si keledai menatap buku itu dan tak lama mulai membalik halaman buku itu dengan lidahnya, terus menerus dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin.. “demikianlah” kata Nasrudin “keledaiku sudah bisa membaca” Timur Lenk mulai menginterogasi,, “bagaimana caramu mengajari dia membaca??” Nasrudin berkisah: “sesampai dirumah aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku,, dan aku sisipkan biji-biji gandum didalamnya, keledai itu harus belajar membalik-balikkan halaman buku dengan benar. “tapi..” tukas Timur Lenk tidak puas,, “bukankah ia tidak mengerti apa yang di bacanya..??” nasrudin menjawab: “memang,,, demikianlah cara keledai membaca ,, membalik-balikkan halaman tanpa mengerti isinya,,, kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya.. berarti kita setolol keledai bukan..???

:) hehee…. Seisi warung pun tertawa bersama…

“Kalau saya belajar sendiri dirumah bagaimana kak???”
“Belajar sendiri juga tidak boleh” sahut Radyan
“Kenapa??”
“karena,,,,  orang belajar tanpa guru, berarti gurunya adalah syetan.., jika gurunya syetan maka bukan kebenaran yang di dapatkan,, tapi malah kesesatan.” Jawab Radyan,
kemudian Radyan berkisah: “ada seorang Imam di sebuah masjid yang suka belajar sendiri tanpa perantara guru, setiap sholat beliau membawa pisau dan seekor tikus.. karena beliau imamnya, maka makmumnya ikut semua,, Suatu hari ada seorang Ulama’ sholat disitu.. Ulama’ ini heran, dalam hatinya beliau berkata "baru sekarang ini saya melihat ada orang sholat bawa pisau dan seekor tikus", kemudian beliau bertanya kepada salah satu  jamaahnya: “kenapa imammu seperti ini...??”
“beliau (Pak Imam) melakukan ini karena ada dasarnya,, untuk lebih jelasnya silahkan anda tanyakan sendiri pada beliau, karena saya ini orang awam” jawab jamaah itu.
lantas Ulama’ tadi bertanya langsung kepada Imam masjid itu: “maaf sebelumnya Pak Imam,, katanya anda melakukan sholat seperti ini ada dasarnya..?? boleh saya tahu dasarnya..??” maka di ambillah kitab yang sangat tebal, yang dijadikan dasar ibadahnya.. “ini.. disini tertulis demikian... silahkan dibaca..” sang Ulama’ manggut-manggut “terimakasih pak.. insya Alloh besok saya akan kemari lagi....”
Keesokan harinya sang Ulama’ datang lagi dengan membawa beberapa kitab yang tak kalah tebal, dan di tunjukkan kitab yang sama dari beberapa kitab yang dibawa Ulama' tersebut
.... فَامْشُوْا اِلَى الصَّلآةِ وَعَلَيْكُمُ السَّكِيْنَةَ وَالْوَقَارُ ....
 ”... Berjalanlah untuk mendirikan sholat dengan baik dan tenang ....”
  Pak Imam terperanjat “loch… koq lain ya,,, koq tidak sama ya...punya saya koq
.... فَامْشُوْا اِلَى الصَّلآةِ وَعَلَيْكُمُ السِّكِيْن وَالفَأْر ....
".... dengan pisau dan seekor tikus ....”
Sang Ulama’ tersenyum.. “iya pak,, punya sampeyan assakinah : ta' marbutohnya ilang,, jadi assikin. lalu wal waqor : huruf wau-nya ilang, titiknya qof juga ilang satu, maka berubah menjadi fa'.. ada tambahan hamzah-nya lagi.. jadi lafadz yang seharusnya wal waqor berubah jadi wal fa'r... karena kitabnya sampeyan salah cetak…!!!"

Seisi warung kembali tertawa…. :) Hehee…

“Nah,, makanya jangan belajar sendiri…!!!”

“Kalian ingat tidak kisah Nabi Musa as,??..” kata Mas Tirto mengawali ceritanya... “ketika Nabi Musa as, berkhotbah di depan kaumnya (Bani Israil),, tiba-tiba salah seorang dari kaumnya maju dan berseru dengan lantang: “Wahai Nabiyulloh… siapakah dimuka bumi ini yang paling alim??”
“aku”  jawab Nabi Musa,, merasa kurang puas, orang tersebut bertanya lagi: “apakah masih ada dimuka bumi ini orang yang kepandaiannya melebihimu??” Nabi Musa as, spontan menjawab: “tidak ada”

Sebenarnya Nabi Musa as, tidak berbohong, beliau jujur, karena sifat Nabi adalah jujur.. Nabi Musa as, adalah Nabi terbesar Bani Israil, beliau penakluk Raja Fir’aun, memiliki mu’jizat yang luar biasa, beliau juga bergelar kalimullah (orang yang dapat berdialog dengan Allah SWT) hanya saja.. beliau lupa menyandarkan pengetahuannya kepada Allah SWT, karenanya beliau langsung mendapat teguran dari Allah SWT, di wahyukan kepada Nabi Musa as, agar beliau menemui hambanya yang lebih alim darinya. orang tersebut berada diantara pertemuan dua samudera, ia adalah seorang hamba yang sholih serta diberi rahmat dan ilmu dari sisi Allah SWT, (Ulama' mufassirin menyebutnya Khidlir, kabarnya beliau masih hidup hingga sekarang) sehingga dari orang tersebut/ Khidlir, Nabi Musa as, dapat memperoleh tambahan pengetahuan,.
Dari sini dapat kita ambil pelajaran, Nabi Musa as, mendatangi ilmu/gurunya, bukan mendatangkan guru ke tempat/rumahnya karena beliau sangat menghormati ilmu. Petunjuknya pun masih samar.. kalau pun Nabi Musa as, mau, beliau tinggal meminta kepada Allah SWT, datangkan orang sholih itu kemari,, tp hal itu tidak dilakukan Nabi Musa as, meskipun beliau sendiri tidak tahu… dimana letak pertemuan dua samudera itu?? kalau sekarang kan jelas, kalau kalian ingin belajar ilmu ini atau itu.. silahkan datangi universitas ini/ sekolah ini/ pondok pesantren ini, alamatnya disini… dari sini naik bus sampai terminal, lalu naik oplet setelah sampai di perempatan naik ojek 5 km.. nah, disitu tempatnya,,, tuh,, kelihatan gedungnya tuh...
:) hehee....
dan satu lagi.. tekadnya Nabi Musa as, yang patut di contoh,,, seberapa jauhnya.. beliau bertekad akan menjemput ilmunya..

dalam alqur’an surat Alkahfi disebutkan: Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai kepertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”. (60) Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.(61) Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini."(62) Karena teramat jauhnya perjalanan, Nabi Musa as, yang memiliki fisik yang kuat pun merasa letih.. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."(63) Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari." Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.(64)
Ketika diingatkan oleh muridnya, tentang perjalanannya yang tersesat jauh pun Nabi Musa as, tidak marah-marah,, kalau kita mungkin sudah marah-marah kale ya,, “kamu ini bagaimana, dudul amat loe. jadi orang...”
:) hehee..


Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami(65) Musa berkata kepada Khidlir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"(66)
Singkat cerita.. ketika Nabi Musa as, bertemu dengan hamba yang sholih itu/ Khidlir.. dengan adab/ sopan santunnya beliau memohon diajarkan sesuatu tentang ilmu… tidak dengan kesombongan,, bisa kita lihat dari tata bahasanya: ”bolehkah aku mengikutimu..??” tidak memaksa: “ajarilah/ ajarkan”. Karena beliau juga menghormati gurunya.
Ringkas cerita… ketika keduanya berjalan di tepi laut. Tiba-tiba ada seekor burung camar datang dan mencelupkan paruhnya ke dalam air laut, kemudian mengusapkan air ke sayapnya. Burung tersebut terbang ke arah timur, lalu terbang lagi ke arah barat… tiba-tiba burung itu datang lagi dan mengeluarkan suara/ berkicau. Khidlir/ hamba yang sholih berkata kepada Nabi Musa as, : “tahukah kau, apa yang dikatakan burung tadi..?” ” tidak” jawab Musa.
Khidir melanjutkan,: burung tadi berkata: "ilmu yang telah diberikan kepada kalian ini sebanding dengan apa yang aku ambil dengan paruhku di lautan ini”
Nah.. kalau ilmunya khidlir dan Nabi Musa as, saja sebanding dengan paruh burung yang dicelupkan ke dalam air laut, lalu… bagaimana dengan kita..?? bukankah ilmu kita lebih sedikit..?? kenapa sudah sombong?? Kenapa tidak mencari tambahan ilmu..?? kenapa masih bermalas-malasan??
Dari kisah Nabi Musa as, ini marilah kita tingkatkan semangat mencari ilmu.. janganlah bermalas-malasan.. agar tidak ada penyesalan di kemudian hari…
Seisi warung pun manggut-manggut…

Hari semakin senja,, hujan sudah berhenti daritadi... gema adzan maghrib pun berkumandang… Mas Tirto menyudahi ceritanya...
“Setelah sholat maghrib…  kamu boleh langsung pulang..” kata Neng Tyas kepada anak kecil yang baru di kenalnya itu..  
kemudian mereka bergegas menuju masjid untuk berjamaah sholat maghrib…

Minggu, 27 Februari 2011

Istikharah

*sejak datang ke warung ini.... hingga 30 menit berlalu.. Radyan belum juga mengoceh seperti biasanya.. dia tampak murung dan gelisah, seperti ada yang sedang dipikirkannya.. sedangkan Indra, tampak bingung memikirkan bagaimana membuat sahabatnya yang sedang murung itu berkicau...
tiba-tiba Indra memukul-mukul meja.. dan mulai menyanyi lagunya 'Jamrud' versi dangdut koplo..

                    Tiga Puluh Menit.... kita disini..... tanpa suara.....
                    dan aku resah... harus menunggu lama....
                    kata darimu.....
                    jam dinding pun tertawa.. karna ku hanya diam... 
                    dan membisu...
                    ingin ku maki... diriku sendiri....
                    yang tak berkutik didepanmu......

            "kalau punya masalah, ya jangan dibawa ke warung ini Yan... ntar semua kopi disini rasanya pahit.." ledek Indra, tapi Radyan cuma tersenyum kecut

            "iya Yan... kalau kamu punya masalah, bilang dunk sama kita-kita disini..., mungkin kita-kita bisa membantu menambahkan masalahmu,, eh... memecahkan kebuntuanmu... gitu loch maksud Neng.. hehee..."

            "aku tuh lagi bingung Neng... aku sedang dihadapkan dengan 2 pilihan sulit... tapi aku enggan bercerita kepada kalian, kalian kan tahu, kalau aku itu orangnya pemalu...,  hehee.." kata Radyan sambil tersipu malu-malu kucing.

*mereka tertawa... lalu diam. seakan berpikir, tapi apa yang dipikir...
tiba-tiba Mas Tirto nyeletuk....

            "Istikharah......!!" kemudian pergi, karena masih sibuk melayani para pelanggannya.

            "iya Yan, istikharah saja... seringkali ketika memilih sekolah, memilih pekerjaan, memilih tempat tinggal, memilih pacar, eh.. salah.... jodoh dan lain-lain sering membuat kita ragu... dalam kitab Sunan Ibnu Majah disebutkan: “Jika kamu menghendaki sesuatu perkara, hendaklah kamu sholat dua rakaat (bukan sholat fardhu) lalu berdoalah!!..” yang dimaksud dalam hal ini adalah sholat istikharah."

         "shalat istikharah adalah sholat sunah dua rakaat yang tujuannya untuk memohon petunjuk Allah untuk memilihkan mana yang terbaik bagi agama dan kehidupan kita nantinya." kata Neng Tyas.

            "kalau soal itu aku juga sudah tau.." kata Radyan, "hanya saja,....."

              "apalagi Yan....??"

            "kata orang: kalau habis istikharah tuh.. katanya ada semacam tanda-tanda, firasat, ada juga yang melalui mimpi, yang mimpi dipatok ular lah... yang penafsirannya begini dan begini... hmm... yang aku khawatirkan, kalau seandainya tanda-tanda dalam firasat, atau mimpi-mimpi itu berupa angka.... bisa di kejar-kejar ma ahli 'togel', pastinya ditanyain juga 'nomornya berapa Mas??...' sedangkan kalau tanda-tanda firasat itu berupa sandi-sandi.... lebih repot lagi aku.. mana bisa aku membaca sandi, aku kan nggak pernah ikut pramuka...!!" kata Radyan dengan kepolosannya.

* hehee... kepolosan Radyan memang bikin geli...

            "istikharah itu bukan shalat yang melepaskan diri kita dari segala bentuk pertimbangan manusiawi. yang seolah-olah kita hanya memejamkan mata, biar Allah SWT saja yang memilihkan. Lalu hasil pilihan Allah SWT akan diwahyukan lewat mimpi. bukan!! bukan demikian." kata Mas Tirto, yang tiba-tiba numbrung.

           "mimpi itu bisa bersumber dari ilham, akan tetapi seringkali juga datang dari syetan. Dan seseorang tidak pernah bisa memastikan, dari mana datangnya mimpi-mimpi itu, tanda-tanda, firasat...!!"

            "jadi gimana Mas....????"

           "Sejumlah ulama di antaranya Imam An-Nawawi menyatakan bahwa pilihan akan diberikan kepada orang yang melaksanakan shalat tersebut adalah dengan dibukakan hatinya untuk menerima atau melakukan suatu hal, namun... pendapat ini ditentang oleh sejumlah ulama dan hadis Anas bin Malik yang dijadikan landasan oleh Imam An-Nawawi juga didhaifkan oleh sejumlah ulama."

         "hmm... aku jadi tambah bingung Mas... begini salah, begitu juga salah...."

          "kenapa bingung Yan??... apanya yang salah? ngga' ada yang salah koq, dan aku juga ngga' menyalahkan siapa-siapa, tanyakan pada hatimu...!! seandainya tanda-tanda istikharah itu melalui mimpi, simbol-simbol, firasat-firasat... apa bedanya dengan jahiliyyah yang mengundi dengan anak panah, mendengar suara burung, mendengar.....???"

*   "pyaaaaaarrrr...."
tiba-tiba ada suara gelas pecah,,, jatuh dari atas meja... karna ada kucing yang lagi iseng...
 
            "nah... kalau demikian gimana??... apakah kita salahkan si kucing??... apa berterima kasih pada kucing, karna telah memberikan firasat??.... hehee..

            "Pada masa pemerintahan Abu Bakar Ra. pernah terjadi sebuah pertempuran..." Mas Tirto berusaha menjelaskan melalui sejarah Islam.. "Pertempuran itu disebut 'Alyamamah', salah satu pertempuran yang dihadapi kaum Muslimin setelah Rasulullah Saw wafat. dalam pertempuran itu, banyak penghafal Al Qur'an yang gugur. Bagaimana kalau sisa-sisa penghafal Al Qur'an gugur semua?? itulah pertanyaan yang terus mengganggu Umar Al Faruq Ra.oleh karenanya Umar Ra. berpendapat Al Qur'an harus dikumpulkan agar keutuhannya tetap terselamatkan. awalnya Abu Bakar Ra. menolak karna hal itu tidak diperbuat oleh Rasulullah Saw. namun, Umar Ra. mendesakkan usulannya... maka Abu Bakar Ra. Istikharah, dan istikharahnya bukan cuma sekali dua kali, Shalatnya juga hanya pada malam hari doank.. Shalat Istikharah itu bisa dilakukan dua raka'at sunnah rawatib, tahiyat masjid dan shalat sunnah lainnya, asalkan bukan pada waktu yang diharamkan. sampai Allah SWT, membukakan hati Abu Bakar Ra. untuk menerima pendapat Umar Ra."

          "hmm... gitu ya,, lalu tentang Do'anya... bagaimana Mas..??"

          "tentang do'a ya... tadi sempat kutuliskan dikertas,, karna aku yakin, kalau langsung kukatakan dari mulutku, kamu ngga' akan hafal.. tapi ketinggalan didalam.. sebentar kuambilkan.."

Minggu, 13 Februari 2011

Mulutan di Warkop elKahfie '87

           "sebentar lagi mulutan..."

         "hmm... koq mulutan???.... bukannya tiap hari kamu mulutan Yan...????"

          "hehee... itu kan urusan mulut Neng, kalau ngurusin mulut sich tiap hari..., maksudku maulidan..."

            "mestinya kamu bedakan, mana mulutan... dan mana maulidan..."

            "habis... kalau nggak ada mulutan, maulidan kurang asyik Neng.... apakah kita maulidan tanpa mulutan...??? tanpa makan dan tanpa minum??? lapar dunk.....!!"

         "mesti harus ada tuh...., yang penting kan niatnya sedekah, bukan pesta pora...iya / nggak..??"

          "bener banget Neng.. tentang tema bagaimana kalau tentang 'CINTA'... kan maulidan tahun ini bersamaan dengan hari 'VALENTINE' yang katanya orang-orang sich hari kasih dan sayang... bagaimana dan apa jadinya, jika dua kebudayaan berkumpul jadi satu dalam satu kesatuan wadah yang kita sebut 'CINTA'.."

           "wah.... mulai nggak bener nich orang.... pasti kamu mau bikin ulah, seperti yang di tivi-tivi itu ya Yan..??? kebanyakan nonton tivi kamu, yang bener aja kamu Yan... bukannya seru, malah 'saru' (kasar dan keliru).. meniru suatu golongan tu berarti kamu juga bagian dari golongan tersebut..?? dan itu jelas tidak dibenarkan."

           "ya jangan Su'udzon gitu Ndra.... barangkali Radyan punya maksud lain, yang belum dapat kamu pahami.. dengerin dulu penjelasannya...!!, hargailah pendapat orang lain...!!"

           "maaf... bukan bermaksud Su'udzon Neng, aku kan cuma prediksi aja..."

           "sama aja Ndra..., kamu kan cuma memperhalus gaya bahasamu doank..., maksud saya itu begini loch... secara garis besar, dengan semangat maulid ini, mari kita menyelami samudera akhlak Rasulullah Saw, dan menjadikannya sebagai teladan bagi kita, kata orang : 'Tak kenal, Maka tak sayang.' lalu, bagaimana kita bisa mencintai dan menyayangi Rasulullah Saw, bila kita tidak mengenal/ mempelajari kehidupan Beliau..??"

            "ada benarnya juga sich.. tapi, acaranya dimana.. dan bagaimana???.."

            "sebenarnya hatiku masih belom mantap nich... ada hadits yang menyebutkan : ... bahwa setiap amalan yang tidak didasari atau tidak di ajarkan oleh Rasulullah Saw, dan Para Sahabat Beliau.. maka ia tertolak.. dan itu termasuk dalam kategori bid'ah..."

            "Indra... Indra..., jadi orang ya jangan suka su'udzon.. ga' baik.." kata Mas Tirto pemilik warung ini. "sudahlah... jangan berdebat terus,, lihatlah hikmahnya apa?? jangan selalu merasa paling benar sendiri... maunya menang sendiri... itu juga ga' baik."

            "ya.. mau bagaimana lagi Mas, kata Guru saya dulu begitu,, waktu aku masing jadi Santri di Pesantren..".

            "memangnya sekarang sudah nggak di Pesantren lagi Ndra..?? koq kaya'nya kamu masih di Pesantren (Pengangguran Santai Keren)" 

*tertawalah se-isi warung... hehee...

            "Peringatan Maulid yang sering kita saksikan bersama memang tidak pernah diadakan oleh Nabi dan Para Sahabatnya, itu karena kesibukan Beliau untuk mengemban dakwah, menyebarkan risalah, berperang menghadapi musuh-musuh Islam dan kesibukan-kesibukan lainnya. akan tetapi bukan berarti Beliau, Rasulullah Saw, tidak memperingati maulid (kelahiran Beliau). perasaan gembira tersebut Beliau ungkapkan dengan melakukan puasa. pernah seorang sahabat bertanya kepada Beliau:
"Sesungguhnya Nabi Saw di tanya tentang puasa pada hari senin, maka Beliau menjawab: pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu pula diturunkan wahyu kepadaku." (HR.Imam Muslim)
hadits ini menunjukkan bahwa Beliau pun senang akan hari kelahirannya, walaupun dalam konteks yang tidak sama (dengan cara berpuasa) dan kita memperingatinya dengan cara mengumpulkan orang-orang untuk berdzikir, bersholawat, bersedekah, meneladani akhlak Beliau melalui ceramah-ceramah agama.. dsb. akan tetapi tujuannya adalah sama. Peringatan Maulid Nabi adalah suatu Peringatan yang di anggap baik oleh sebagian besar Para Ulama' di dunia sejak dahulu kala, dan sesuatu yang di anggap baik oleh Para Ulama' adalah dianjurkan, tentunya mengandung pengertian yang positif. banyak Para Ulama' yang menyambut positif Peringatan Maulid sejak Peringatan tersebut diadakan.sedangkan kalau akhir-akhir ini dipermasalahkan oleh satu dua orang atau golongan, tidak akan mempengaruhi pendapat sebagian besar dari Ulama' yang kadar keilmuannya jauh lebih tinggi daripada yang melarang, bahkan menganggapnya syirik... dan sekarang bagaimana, itu terserah kalian..??" kata Mas Tirto.

            "hmm... begitu ya Mas..., ya sudah, kita bikin acara maulidan di warung ini saja, nanti kita undang orang-orang kampung, tetangga kita (orang-orang di bengkel elkahfie '50), Para Jama'ah Masjid Jami' Shirothol Mustaqim, Remasnya juga... kita adakan open house setiap malam, dialog terbuka 'meneladani Rasulullah Saw' selama bulan maulid ini. terakhir kita tutup dengan membaca Shalawat Nabi." kata Indra.

*bak panitia resmi, mereka langsung rapat merencanakan acara open house maulid malam itu juga

              "Neng.., acara puncaknya kita hadirkan Para Pecinta Allah dan Rasul-Nya.."

              "Siapa Mas?"

*Mas Tirto merenung sejenak.

          "ya... siapa saja yang merasa mencintai Allah dan Rasul-Nya, tak memandang siapa dia..apakah para makelar, polisi maupun politisi, birokrat, biro jasa, para sesepuh, kyai, orang-orang di pasar, pengacara (pengangguran banyak acara)... pokoknya semuanya... semuanya...."

           "tahunya mereka mencintai Allah dan Rasul-Nya... darimana Mas??" tanya Radyan.

            "nah.. itu yang menjadi kegundahan saya... bukan karena bagaimana memilih mereka. jangan-jangan malah kita ini sok mencintai Allah dan Rasul-Nya, lalu bikin acara seperti ini, biar kita dianggap paling mencintai Allah dan Rasul-Nya, atau merasa paling.............. ini malah riya' super, super sombong namanya.."

*mereka terdiam seribu bahasa... sesekali geleng-geleng, kadang manggut-mangut seperti perkutut, tapi tetap tak ada suara...

             "jadi nggak kita Maulidan..???" tanya Indra memecah keheningan.

             "nggaaaaaaaakkkkk......" jawab mereka serentak.

             "lalu....???"

        "kita perbanyak Shalawat saja...." kata Mas Tirto menutup pembicaraan, dan kemudian pergi.